Novel "Jalan Cinta"
12/15/2017
Cinta itu sederhana
Hanya nafsu yang merorong akal sehatlah
yang mengubah cinta menjadi luka,
Duhai lelaki dimana kegagahan ucapanmu
yang dulu kau katakan cinta ?
Inikah Cinta ?
Cinta lima huruf yang kekuatanya mampu
membius semua kalangan, tak terkecuali anak SD juga, kebayakan dari mereka yang
sedang dilanda cinta lebih memilih melampiaskan
rasa cintanya dengan pacaran, tetapi
ketika luka menusuk hati masihkah cinta itu dikatakan cinta?.
Jatuh
cinta berjuta rasanya, tapi bukankah yang namanya jatuh itu sakit, terus mengapa
memilih jatuh cinta jika membangun cinta jauh lebih indah meski jalanya harus
menghadirkan sabar dalam hati, jika cinta mudah datang dan pergi pastinya itu
cinta yang datang dari mata bukan dari hati, karena bisikan hati yang disebut
bisiskan nurani tidak akan pernah salah.
Katanya
cinta bisa datang seiring kebersamaan, sahabatan dulu baru pacaran, atau
memilih dekat dengan dia yang dicintai tapi bagaimana kalau dia akhirnya
memilih oran lain, apakah akan tetap diam menahan perih dalam hati, apa iya itu
cinta?
Perjalan Cinta setiap manusia memanglah
berbeda-beda, namun jalan yang benar dan yang salah manusiayalah yang
memilihnya, karena bahagia atau tidak manusia sendiri yang menentukanya, karena
Tuhan tidak akan mengubah hidup suatu kaum jika bukan dia yang mau merubahny.
Dan
inilah Jalan cinta yang dipilih oleh Anisa Meydina, seorang perempuan cantik berkulit kuning
langsat, bermata indah, ayu wajahnya, tinggi
langsing, cerdas dan mandiri namun sedikit cuwek bagi orang yang belum
mengenalnya, lelaki mana yang tak akan terpesona padanya, namun tak semudah itu
untuk bisa dekat apalagi menjadi kekasihnya.
Tapi
tidak dengan Ridho lelaki tampan berwajah oval, bertubuh atletis, berkulit
putih, tinggi dan berkumis tipis namun tidak banyak bicara itu sudah berhasil
mencuri hati Anisa.
Kisah
cinta mereka membuat siapapun yang mengenal mereka merasa takjub akan
kekompakan dan keromantisan mereka, keserasian diantara mereka tidak hanya
terlihat dari wajah cantik dan tampanya, bak tuan putri dan pangeran dari negeri
dongeng, bahkan restu dari orang tua masing-masing sudah mereka kantongi,
bayangan pernikahanpun sudah Nampak dekat.
Meski
karakter dan hobi keduanya berbeda, Anisa si pengagum mitologi yang cepat
ngambek, dan Ridho si penggemar bola yang cuwek , tidak membuat hubungan mereka
goyah walaupun pertengkaran kecil sering
terjadi, kesalah pahaman kerap kali menjadi alasan pertengkaran itu, tapi semua
itu membuat hubungan mereka semakin hari
semakin kuat.
Hingga
tiba masanya kabut hitam mulai menghampiri hubungan keduanya, semenjak satu
bulan lamanya, mendadak Ridho tak ada kabar, dihubungipun pasti sibuk, bahkan
hanya sekedar untuk menanyakan kabar,
tidak ada waktu sedikitpun, Fikiran buruk serta perasaan yang tak tentu mulai
bertamu dan menari-nari di hati dan fikiran Anisa.
Malam
itu ponselnya berbunyi, Tanpa ragu Anisa segera mengangkatnya dengan hati yang
penuh harap kalau itu adalah Ridho kekasih hatinya..
. “Assalamualaikum Nisa, bagaiaman
kabarmu ?”
Mendengar
suara kekasih yang telah lama di rindukanya itu membuat jatungnya berdebar hebat sama seperti dulu saat Ridho pertama
kali menyatakan cinta padanya.
Sungguh
cintanya kepada lelaki itu teramat besar, bahkan banyangan –bayangan indahnya
pernikahan yang sudah dijanjikan lelaki itu selalu terngiang di benaknya,
meskipun dia tak ada kabar, kesetiaan
menunggu lelakinya itu tak pernah berkurang sedikitpun.
“Waalaikumsalam
kakak Ridho, Alhamdulillah kabar Nisa baik, bagaimana dengan kabar kakak?”
“Alhamdulillah
baik jugak Nisa, aku menelpon karena ada yang ingin aku sampaikan padamu!”
Keadaan
hening beberapa saat, Anisa dengan penuh tanda tanya keheranan mengapa Ridho
begitu dingin padanya, dan tak lagi memanggilnya dengan panggilang kesayangan
mereka, beberapa detik terdiam terdengar Ridho menarik nafas dalam-dalam
setelah itu melanjutkan pembicaraanya.
“Nisa,
Maaf karena sepertinya, Cinta tak bisa dipaksakan lagi, kakak mulai bosan
dengan hubungan kita, berhentilah menghubungi kakak.!”
Ucap
Ridho blak blakan.
Kata-kata
Ridho bagaikan tusukan panah yang tepat mengenai jatungnya, nyanyian hewan
malam sudah tak terdengar semerdu biasanya, malam itu seperti terjadi badai
dahsyat yang membuat anisa panas dingin dan gemetaran, rasa tak percaya membuatnya
tak habis fikir akan kekasihnya itu.
“
Ada apa kakak?, apa kau sadar mengucapkanya ?,
jika nisa ada salah, tolong maafakan nisa,
jangan begini kakak? Bagiamana dengan janji kakak?”
Desak
nisa, keheranan tak percaya.
“Maafkan
kakak, tapikan kita sudah putus lama, maka
lupakanlah janji kakak kemarin, karena sekarang kakak terlanjur mencintai wanita lain”. Jelas Ridho.
Mendengar
kejujuran kekasihnya itu, Hati anisa semakin meringis,
rasanya dunia ini
mulai gelap, dengan helain nafas yang tinggi dia menahan isak tangisnya, karena
tak ingin terlihat lemah oleh kekasihnya.
“
Apa ? kita sudah putus lama?, terus apa artinya kemarin itu pas kakak
memberikan cincin buat Nisa?”
“Maaf
sekali lagi Nisa, kakak gak bisa menahan perasaan kakak, Lupakan kakak !,
semoga Nisa bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dari kakak.!”
“Baiklah
kakak, kalau itu yang kakak mau, Nisa hanya pesan, jangan sakiti wanita itu,
semoga kalian bahagia.!”
Karena
sudah tak kuat menahan isak tangisnya, Anisapun menutup telpon tanpa salam,
malam itu terasa sunyi dan mencekam, gemuruh di hatinya mengalirkan hujan lebat
di pipinya, sepanjang malam matanya tak mampu terpejam, hatinya trus menggumam
menyalahkan keadaan, dan menghakimi dirinya sendiri
Inikah
cinta yang dulu sering di eluh-eluhkan, kesetiaan sebagai penguat hubungan,
pengorbanan yang katanya sebagai bukti cinta yang tulus kini tak ada artinya
lagi, semua sirna tak tersisa bagai debu diterbangkan angin, kemana cinta yang
besar itu?, semudah itu dia ucap cinta semudah itu pula dia mengucap kata
perpisahan.
Ridho
lelaki yang dulu memperlakukanya bak tuan putri yang katanya dia adalah
segalanya baginya kini memandang nya sebelah mata, apakah cinta sepicik itu ?.
Entah
dimana perasaan lelaki itu sehingga iya pergi meninggalkan janji-janji manisnya.
Di
sudut kamar yang gelap hatinya terus saja merintih, butiran-butiran air mata
mengalir tanpa suara.
”Entah
apa salahku hingga dia tega melakukan ini, meninggalkanku tanpa perasaan iba,
apa kurangnya diriku, hingga dia lebih memilih wanita yang baru dikenalnya dibanding
aku yang sudah 3 tahun mendampinginya dengan penuh kesabaran dan kesetiaan?”
Gumam
Anisa.
Kenyataan itu mau
tidak mau harus diterimanya karena seorang
lelaki yang tak bisa menepati janjinya tidaklah pantas untuk ditangisi terlalu
lama, apalagi sampai terpuruk dalam jurang tak bertepi, tapi rasanya memang tak mungkin secepat itu
dia berdamai dengan hatinya.
Apalagi
kenangan-kenangan manis bersama lelaki itu masih teringat jelas di benaknya,
rasa itu baru saja kemarin tumbuh bermekaran di istana cinta mereka kini sudah
mati hingga berdarah-darah di bunuh penghianatan.
Kehampaan
demi kehampaan menyelimuti hatinya,
kebencian dan kemarahan kerap kali menghadirkan fikiran-fikiran yang menghilangkan
akal sehat.
“Apa
iya, kau akan terus seperti ini,?, Sedangkan di luar sana lelaki itu sedang memadu
kasih tanpa penyesalan, sedangkan kau disini masih memikirkanya, apa itu adil
?”
Pertanyaan
itu seolah memukul batinya, pertanyaan yang tak lain datang dari Khumaira sosok sahabat yang paling mengerti dirinya.
“Terus
kamu mau aku bagaiman, apa aku harus segera mencari cinta yang lain ?”
Desak
anisa kepada sahabatnya itu.
“Tidak perlu seperti itu, karena itu hanya
akan menambah masalahmu, sudahlah tidak perlu seperti sinetron yang terlalu
banyak drama, Apa kamu mau balas dendam?”
Anisa
kaget dan bengong mendengar pertanyaan sahabat nya itu, tak habis fikir mengapa
khumaira si pemalu yang berjilbab lebar dan tau banyak tentang agama itu
bisa-bisanya menyarankan untuk balas dendam.
“Apa
kau sadar dengan pertanyaanmu itu? Balas dendam itu kan tidak boleh!”
“Iya
tau, makanya jawab dulu pertanyaanku, apa kau mau balas dendam lalu dia kembali
meminta cintamu?”
Untuk
seseorang yang terluka hatinya hal yang
difikirkanya hanyalah bagaimana cara agar orang yang dicintainya kembali lagi
padanya, rasa tidak rela mengekang akal sehatnya sehingga meski sudah terluka
dia tetap saja mencari cara agar bisa mengembalikan cintanya mungkin ini yang
dinamakan CINTA ITU BUTA.
“Ya
aku mau dia kembali, tapi balas dendam seperti apa yang kamu maksud?”
Khumaira
tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat tidak sabar menunggu saran darinya.
“Dasar
orang yang lagi di rundung cinta, padahal sudah di sakiti dan dikhianati masih
saja mengharapkanya kembali”.
Gumam
khumaira dalam hatinya.
“Caranya
adalah perbaiki dirimu, berhentilah mencari tau tentang dia, tunjukkanlah sikap
seolah-olah kau lagi bahagia meskipun hatimu masih hancur, yang terpenting
ajari hatimu untuk memaafkan dan mengikhlaskanya.”Lajut Khumaira.
“
Apa aku bisa melakukanya?, dan apa mungkin dengan cara seperti itu dia bisa
kembali padaku?”
“Anisa
sahabatku kau pasti bisa, karena aku tau kau perempuan yang kuat, dan cerdas, dengan
Bismillah maka percayalah !”
“Baiklah
akan ku coba, Bismillah !” kalimat Terakhir anisa di barengin senyum kecil di
bibirnya.
Memang
menyenangkan memiliki banyak teman tetapi memiliki satu sahabat yang selalu ada
dalam susah dan senang serta bisa
mengarahkan kepada kebaikan adalah salah satu rezeki yang paling
berharga selain dari harta.
Cinta
yang dirasakanya dalam hati bukanya salah hanya saja terlalu berharap kepada
manusia hanya akan melahirkan kekecewaan, setiap orang memiliki kisah hidup
yang berbeda tentang cinta, cinta yang dikenal Anisa mungkin sudah membuat nya
mencicipi neraka cinta yang paling mengerikan.
Cinta itu
sederhana
Disaat engkau mampu memaafkan dan berdamai dengan luka
maka saat itu kan kau temukan ketenangan sejati kepada rindu yang mungkin tak
sempat terjamah oleh hatimu.
Bersambung.....